Menerima & Memaafkan
-Ummi Nurul Widayati-
Ketika kita sadar bahwa kita tumbuh dengan luka yang terpendam. Tak berdarah dan tak tampak goresannya. Tak semua orang dapat mengerti dan memahaminya karena ia adalah hati yang bersembunyi di balik nyaringnya tawa.
Setiap kali kita menyampaikan perasaan, kita dianggap dramatis, lebay, pembangkang atau bahkan dikatakan kurang bersyukur.
Tiap kali kita diam, kita dikatakan keras kepala, Seakan semua yang kita lakukan tidak pernah benar, selalu saja salah.
Orang tua kita tidak pernah mengatakan " Kami bangga padamu nak"
Tapi semangat menunjuk yang salah dari kita, prestasi dianggap biasa tapi kesalahan kecil dianggap kesalahan yang luar biasa dan Yang paling sakit adalah kamu selalu di abaikan keluarga.
Ingatlah orang tua mempunyai tiga fase dalam hidupnya yang pertama itu fase Malaikat, yang kedua fase iblis dan yang terakhir fase manusia.
1.fase Malaikat itu ketika kita baru lahir, kita di beri makan, kita di timang-timang, di sayang-sayang, dimanjakan dan diusahakan kebahagiaannya dengan cara terbaik yang paling maksimal menurut mereka saat itu.
2.fase iblis itu ketika kita sudah dewasa, dan kita sudah sadar sama realitas dan sadar akan idealnya pengasuhan yang baik dan realitas pengasuhan yang diberikan orang tua kita dulu sehingga mulai terjadi ketidak cocokan yang pada akhirnya membuat kita merasa bahwa selama ini kita tumbuh dengan luka dimasa kecil karena pengasuhan mereka yang banyak salah dan cacatnya.
3.fase manusia itu ketika kita yang tumbuh membawa luka ini sudah menjadi orang tua, kita akan sadar sesusah apa menjadi orang tua, dinamikanya menjadi orang tua, suka dukanya menjadi orang tua sampai akhirnya kita sadar bahwa orang tua kita dulu juga sedang belajar dan mereka juga mengalami trial dan error bahkan mereka juga tidak pernah berniat untuk menyakitimu, tapi pada waktu itu mereka memang sedang belajar dan mereka tidak tau kalau ternyata itu salah dan salah pengasuhan itu ikut tumbuh bersama dirimu.
Duhai orang tua kini dan nanti, jika hari itu datang dan kamu mengalami ketidak cocokan terhadap pengasuhan orang tua kita tolong jangan lupakan fase dimana mereka pernah menjadi Malaikat tak bersayap untukmu, mengerahkan hidupnya untukmu, untuk kebahagiaan mu.
Semua luka bisa sembuh, tapi tidak akan pernah bisa jika selalu diam.
Ceritalah, semoga didengar tanpa ada yang menghakimi.
Jika kamu masih merasakan perih yang belum usai, kamu boleh banget curhat tentunya pada orang yang kamu percaya. semoga itu bisa membuatmu sedikit legah dan Kita sembuh bareng-bareng.
Kamu dilahirkan untuk jadi pemutus rantai trauma, pemutus pola toxic, Pemutus luka yang diwariskan. Dan kamu adalah awal dari perubahan. Berjanjilah bahwa kita tidak akan menjadi orang tua yang akan mewariskan luka pada bintang-bintang masa depan.
Terimalah sebaik baiknya taqdir Allah ini dan maafkanlah kesalahaan orang tua kita.
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:
,... .dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 134)
Petiklah hikmah ini nak, bahwa ketika orang tuamu mengabaikanmu, meremehkanmu, dan dunia membuatmu merasa sangat kecil bahwa Allaah tidak pernah meninggalkan mu, mengabaikanmu, dan tidak pula benci terhadap mu.
"Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan membencimu"
(Q.S Ad-Dhuha ayat 3)
Komentar
Posting Komentar